TEORI ELABORASI
A. Defenisi
Pembelajaran elaborasi adalah
pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah
ketahui sebelumnya. Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat
dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau
cerita. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai
dengan penyimpulan.
Implikasi dari strategi belajar ini
adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk
menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Anak-anak
menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan demikian
dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya.
Contoh dari penggunaan elaborasi adalah ketika seorang anak berusia 11 tahun
mengingat barisan staff musical (E, G, B, D,F) dengan cara mengasosiasikan
mereka dengan frase “Every Good Boy Does Fine”.
B. Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi
Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi
pembelajaran. Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan
strategi-strategi yang telah teruji kebenarannya, maka model Elaborasi
memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya.
Penelitian-penelitian itu dilaksanakan oleh ausubel (1968), Reigeluth dan Stein
(1983), Hanclosky (1986), Degeng (1988), Wedman dan Smith (1989), dan
lain-lain.
1. Penelitian Oleh Hanclosky (1986)
Adalah orang pertama yang melakukan
penelitian membandingkan teori Elaborasi, advance organizer,
dan analisis tugas dalam belajar konsep dan prinsip. Salah satu dari sejumlah
hipotesis yang diuji adalah bahwa untuk belajar konsep dan prinsip teori
Elaborasi lebih unggul, jika dibandingkan dengan advance organizer dan analisis
tugas.
Hasil yang serupa juga diramalkan terjadi dalam tes yang
diadakan setelah lima minggu pasca-tes. Hipotesis ini didukung oleh hasil
penelitian uji coba, namun tidak demikian halnya oleh penelitian akhir.
Penelitian akhir menemukan hasil yang bertentangan dengan penelitian uji coba.
Untuk belajar konsep, kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih
unggul (p <0,05), jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat perlakuan
advance organizer dan teori Elaborasi.
Namun demikian hasil ini hanya terjadi berdasarkan analisis
pasca-tes, dan setelah 5 minggu pasca-tes perbedaan ini menjadi tidak
signifikan. Hasil yang berlawanan terjadi dalam belajar prinsip. Kelompok yang
mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul (p <0,05), jika dibandingkan
dengan kelompok yang mendapat perlakuan advance organizer dan teori Elaborasi,
dalam tes yang dilaksanakan setelah 5 minggu pasca-tes. Dalam pasca-tes, untuk
belajar prinsip, kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul
terhadap kelompok yang mendapat perlakuan advance organizer.
1.
Penelitian oleh Degeng (1988)
Dalam penelitiannya, Degeng membandingkan model
pengorganisasian pembelajaran Elaborasi dengan buku teks. Isi buku teks diorganisasi kembali
mengikuti rambu-rambu model Elaborasi. Selanjutnya organisasi isi berdasarkan
buku teks asli dan organisasi isi berdasarkan model Elaborasi, dibandingkan
pengaruhnya terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, dan retensi. Ditemukan pengorganisasian pembelajaran dengan model Elaborasi lebih unggul dari pengorganisasian
pembelajaran dengan menggunakan urutan buku teks, baik untuk belajar informasi
verbal maupun konsep.
2.
Penelitian oleh Dengeng dan
Sukarnyana (1992; 1994)
Yaitu membandingkan keefektifan model
Elaborasi ala Reigeluth, yang disebut sebagai Model Elaborasi bertahap (MEB) dan Model Elaborasi Tuntas (MET) untuk meningkatkan
perolehan belajar dan retensi. Kesimpulannya : MEB teruji lebih efektif dibandingkan dengan MET, baik untuk meningkatkan perolehan
belajar maupun untuk mempertahankan retensi. Keunggulan dari model Elaborasi
bertahap tidak berinteraksi dengan variabel gaya kognitif dan motivasi
berprestasi mahasiswa.
3.
Penelitian oleh Wedman dan Smith (1989)
Tujuannya
adalah menguji pengaruh pembelajaran yang diorganisasi dengan
hirarkhi belajar dan model Elaborasi pada hasil belajar mengingat dan menerapkan
prinsip. 69 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah produksi media pendidikan
mempelajari satu dari dua versi teks pembelajaran yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip fotografi. Satu versi diorganisasi dengan menggunakan
preskripsi hirarkhi belajar, dan yang kedua menggunakan preskripsi model
Elaborasi.
Ditemukan bahwa kedua kelompok tidak memperlihatkan
perbedaan yang signifikan secara statistik dan teks untuk versi hirarkhi belajar
lebih pendek dan membutuhkan waktu lebih singkat untuk menyelesaikannya. Lusiana (1992) dengan menggunakan
konteks pembelajaran Bidang Studi Keperawatan, dan Anitah (1996) dengan
menggunakan konteks pembelajaran Teori-Musik Dasar, menyimpulkan bahwa model Elaborasi
ala Reigeluth (Elaborasi bertahap) lebih efektif jika dibandingkan dengan model
Elaborasi tuntas.
Reigeluth (1987) telah mengembangkan model teoretik
Elaborasi ke dalam bentuk pembelajaran konkret. Akan lebih mendasar apabila
penelitian-penelitian lanjutan mengenai model Elaborasi, diacukan pada cqntoh
pengembangan yang telah dibuat I oleh pencetus model ini. Kini, sumber-sumber
telah lebih banyak Itersedia. Penelitian lanjutan amat diharapkan agar model
Elaborasi benar-benar dapat dijadikan preskripsi bagaimana cara mengorganisasi
pembelajaran tingkat makro.
C. Komponen strategi teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein
(1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu:
1)
Urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran
Merupakan rangkaian sederhana ke rangkaian
yng lebih kompleks dimana,
* Ide umum yang digambarkan tidak
hanya meringkas ide yang ada
* Penggambaran (epitomize) dilakukan
berdasarkan pada tipe materi tunggal.
Penggambaran (epitomize) dan
meringkas dibedakan dalam dua hal penting ;
1.Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
1.Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas
2.Menyajikannya secara konkrit, penuharti, pada
tingkat aplikasi.
Meringkas penyajiannya
mempertimbangkan hal-hal yang lebih luas, tetapi lebih dangkal, abstrak, pada
tingkatan mengingat.
Tipe materi
tunggal
Proses epitomizing dilakukan dengan
salah satu dari tiga tipe materi : konsep, prosedur, prinsip. Konsep adalah sekumpulan objek,
peristiwa, simbol yang mempunyai karakter pasti. Prosedur adalah kumpulan tindakan yang berpengaruh pada sesuatu yang
dicapai. Prinsip adalah mengenal
hubungan antara perubahan pada sesuatu dan perubahan pada yang lain. Hal ini
dinamakan hipotesa, proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah bukti
kebenarannya.
Dari tiga tipe materi ini dipilih
yang paling penting untuk mencapai tujuan umum dalam kelas. Untuk selanjutnya
rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi : konseptual organisasi, prosedur
organisasi, teori organisasi. Esensi proses epitomizing memerlukan :
-
Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip,
prosedur )
-
Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip,
prosedur )
-
Membuat daftar pada materi organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.
-
Menyeleksi beberapa materi organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan
fundamental.
-
Menyajikan ide pada tingkatan aplikasi
2)
Urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran)
Struktur belajar adalah struktur yang
menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide yang
baru.
3)
Summarizer (rangkuman)
Meringkas adalah komponen strategi
yang memberikan :
- Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang
telah dipelajari
- Contoh referensi untuk setiap masalah/ide
- Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri
untuk tiap masalah/ide.
2 macam ringkasan dalam teori elaborasi :
Ringkasan dari dalam, yang datang pada setiap akhir
pelajaran dan ringkasan hanya dari ide dan fakta yang telah dipelajari .
Kumpulan ringkasan, ringkasan dari semua fakta dan ide yang telah dipelajari
sepanjang dalam kumpulan materi pelajaran yang dipelajari siswa. Sekumpulan
pelajaran adalah beberapa pelajaran, ditambah pelajaran yang dielaborasi,
ditambah pelajaran lain yang juga dielaborasi.
4)
Syintherizer (sintesa)
Dalam pembelajaran sangat penting
menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
-
Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada
pelajar .
-
Memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada
individu melalui perbandingan dan perbedaan.
-
Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan
baru .
-
Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang
berhubungan pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang
relevan dengan pengetahuan sebelumnya.
Sintesa adalah strategi untuk
menghubungkan dan menggabungkan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan
prinsip.
5)
Analogi
Analogi menggambarkan kesamaan antara
beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang
diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti,
dengan menghubungkan materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang
sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.
6)
Cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif)
Pembelajaran akan lebih efektif untuk
memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi
kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa
merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif
meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara
menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi.
Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pelajaran. 2 arti pada
penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978) sebagai berikut :
-
Pertama, pembelajaran didesain dalam setiap cara untuk
mendorong siswa menggunakan strategi kognitif khusus, seringkali tanpa disadari
siswa dalam kenyataannya menggunakan strategi ini. Strategi ini meliputi
pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic, analogy, dan
peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu.
-
Bentuk kedua pada aktivator adalah strategi dimana
secara langsung mempekerjakan strategi kognitif yang telah diperoleh
sebelumnya.
7)
Kontrol belajar.
Siswa diberi kebebasan dalam hal
seleksi dan mengurutkan :
1.
Materi yang telah dipelajari
2.
Peringkat yang akan dipelajari
3.
Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan
urutan yang digunakan
4.
Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika
berhubungan dengan pembelajaran.
.
2 cara yang dapat dilakukan dalam
memberikan materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Elaborasi,
yaitu:
b. Menjelaskan satu topik materi,
dimulai yang mendasar hingga pada kedalaman materi yang
diinginkan dan dilanjutkan dengan menjelaskan topik materi yang lainnya dengan
cara yang sama dengan sebelumnya.
c. Menjelaskan seluruh submateri secara
keseluruhan, yang mendasar dan dilanjutkan kepada bagian submateri secara
keseluruhan, hingga kedalaman materi yang diinginkan.
D. Prinsip-prinsip teori Elaborasi dalam pembelajaran
a. Menyajikan kerangka mata kuliah pada
fase atau pertemuan pertama
b. Bagian-bagian yang tercakup kedalam
kerangka isi hendaknya di elaborasi secara bertahap
c. Bagian yang terpenting hendaknya di elaborasi pertama kali
d. Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara
optimal
e. Pensintesis hendaknya diberikan
setelah setiap kali melakukan elaborasi
f. Jenis pensintesis hendaknya
disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah
g. Rangkuman hendaknya diberikan
sebelum setiap kali menyajikan pensintesis
E. Langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi
a. Pengajaran dimulai dengan menyajikan
kerangka isi struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang
studi.
b. Elaborasi tahap pertama, yaitu
mengElaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian
yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan
pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan
(pensintesis internal).
c. Pada akhir Elaborasi tahap pertama,
diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-kontruk yang diajarkan dalam
Elaborasi.
d. Elaborasi tahap kedua. Setelah
Elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi,
pengajaran diteruskan ke Elaborasi tahap kedua, yang mengElaborasi bagian pada
Elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa pebelajar pada tingkat kedalaman
sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Pada Elaborasi tahap kedua ini
juga disertai rangkuman dan pensintesis internal.
e. Pemberian rangkuman. Pada akhir
Elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada
Elaborasi tahap pertama.
f. Setelah semua Elaborasi tahap kedua
disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola
seperti ini akan berulang kembali untuk Elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya
sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pengajaran.
g. Pada tahap akhir pengajaran,
disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang
studi yang telah diajarkan.
refrensinya bukunya masih ada gak? saya sedang menulis skripsi tentang strategi pembelajaran elaborasi tapi refrensinya gak ada. saya sudah mencari kemana-mana di sekitaran Lombok tapi tidak ada.. mohon dibalas ini kontakku 085338629645
BalasHapusSelamat siang Erma musdar mau nanya sudah dapat referensinya blum ya?? boleh di bagi dong infonya,.saya juga nyari-nayri nich.,,
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSudah ada,, maaf baru dibaca komennya,,
HapusSudah ada,, maaf baru dibaca komennya,,
HapusSUdah ada,, ini Erma,, maaf baru lihat komennya,,
HapusSUdah ada,, ini Erma,, maaf baru lihat komennya,,
HapusTolong di informasikan referensinya :)
BalasHapusTolong di informasikan referensinya :)
BalasHapusreferensi bukunya apa ya min ? :)
BalasHapus