ABORTUS (ABORSI)
A. Pengertian
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus (dalam bahasa latin)
adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
B. Klasifikasi
Berdasarkan
kejadiannya, abortus dibagi menjadi :
1.
Abortus spontan adalah keluarnya hasil
konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur
tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
2.
Abortus buatan (abortus provokatus/ sengaja digugurkan), dibagi menjadi :
a. Abortus
buatan indikasi medis (abortus provocatus
artifisialis atau theraupeticus)
adalah upaya menggugurkan hasil konsepsi atas indikasi menyelamatkan jiwa ibu,
mis : penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan
ini ditentukan oleh tim ahli dokter kebidanan, penyakit dalam, dan psikiatri
atau psikolog.
b. Abortus
buatan criminal (abortus provocatus
criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau
oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
Berdasarkan
gambaran klinis, abortus dibagi menjadi :
1.
Abortus iminens (threatened)
Abortus
ini mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Hal ini ditandai
dengan perdarahan yang sedikit sampai beberapa hari atau berulang disertai
dengan rasa mules ringan.
Pada pemeriksaan vagina tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaaan USG ada ukuran kantong amnion normal,
jantung janin masih berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan
masih terdapat janin utuh.
2.
Abortus insipiens (inevitable)
Abortus
ini tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan
ada pembukaan serviks disertai nyeri perut bagian bawah atau kolik uterus yang
hebat. Pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak dan keluar gumpalan darah.
Pada
pemeriksaan vagina dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi
menonjol. Hasil USG terlihat jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi
kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik
banyak di bagian bawah.
3.
Abortus inkompletus (incomplete)
Didiagnosis
apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi sebagian masih tertinggal dalam rahim biasanya jaringan plasenta.
Perdarahan terus berlangsung, banyak karena uterus berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri.
Pada
pemeriksaan vagina, serviks membuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau menonjol dari ostium uteri eksterna. Pada USG didapati endometrium tipis
dan irregular.
4.
Abortus kompletus (complete)
Semua
hasil konsepsi sudah keluar dengan lengkap, ostium tertutup, uterus sudah
mengecil, dan kavum uteri kosong. Perdarahan sedikit dan tidak ada lagi gejala
kehamilan. uji kehamilan (-).
5.
Abortus tertunda (missed)
Keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tidak dikeluarkan dan
tertanam selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih). Saat terjadi kematian
janin kadang disertai perdarahan sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbs air ketuban dan
maserasi janin.
6.
Abortus berulang (habitual)
Abortus
yang terjadi berulang dan berturut-turut tiga kali tau lebih. Umumnya penderita
menjadi sukar hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
C. Etiologi
1.
Hal yang dapat menyebabkan abortus
dibagi menjadi :
v Infeksi
akut virus, mis : cacar, rubella, hepatitis, infeksi bakteri (streptokokus),
parasit (malaria).
v Infeksi
kronis sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. TB paru
aktif, pneumonia, keracunan (keracunan tembaga, timah, air raksa).
2.
Penyakit kronis, mis : hipertensi,
nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum,
gangguan fisiologis (syok, ketakutan), trauma fisik.
3.
Penyebab yang bersifat local :
v Fibroid,
inkompetensia serviks
v Radang
pelvis kronis, endometritis
v Retroversi
kronis
v Hub.
Seksual yg berlebihan sewaktu hamil menyebabkan hyperemia
v Kelainan
alat kandungan
v Gangguan
kelenjar gondok
v Penyebab
segi janin (plasenta)
v Kematian
janin akibat kelainan bawaan
v Kelainan
kromosom
v Lingkungan
yang kurang sempurna
Faktor-faktor
penyebab abortus spontan :
85% abortus spontan di
TM I cenderung disebabkan faktor fetal, sedangkan TM II cenderung disebabkan
faktor maternal.
a.
Faktor fetal
Sekitar 2/3
abortus spontan pada TM I merupakan anomali kromosom dengan ½ jumlah tersebut
adalah autosom dan sebagian lagi merupakan triploidi, tetraploidi atau monosomi
45X.
b.
Faktor maternal
1. Faktor-faktor
endokrin
Penyakit
gangguan endokrin terlibat dalam abortus spontan berulang seperti DM tak
terkontrol, hipo dan hipertiroid, hipersekresi luteinezing hormone, insufiensi
korpus luteum atau disfungsi fase luteal, penyakit polikistik ovarium,
hiperandrogenemia dan hiperprolaktinemia.
2. Faktor-faktor
anatomi
Anomali uterus mis : malformasi congenital, defek
uterus, leiomyoma, dan inkompetensia serviks.
3. Faktor-faktor
immunologi
Respon imun
yang berlebihan dapat dipicu oleh faktor endogen dan eksogen, termasuk
pembentukan antibodi antiparental, gangguan autoimun yang mengarah pembentukan
antibodi autoimun.
4. Trombofilia
Merupakan
keadaan hiperkoagulasi terhadap trombolitik dimana kehamilan akan mengawali
keadaan hiperkoagulan dan melibatkan keseimbangan antara jalur prekoagulan dan
antikoagulan.
5. Infeksi
Mis : infeksi sifilis, parvovirus
B19, HIV dan malaria.
6. Faktor-faktor
eksogen
Bahan-bahan kimia : gas anestesi,
air yang tercemar, dioxin, dan pestisida.
7. Gaya
hidup seperti merokok dan alkoholisme
8. Radiasi
Radiasi
ionisasi menyebabkan gangguan hasil reproduksi, termasuk malformasi congenital,
restriksi pertumbuhan intrauterine dan kematian embrio.
D. Patofisiologi
Abortus biasanya
disertai dengan perdarahan dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik dalam
jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas
sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus sehingga
merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
E. Diagnosis
Seorang
wanita hamil didiagnosa abortus apabila mengeluh tentang perdarahan pervaginam
dan terdapat rasa mules. Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan bimanual dan tes
kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi (Pregnosticon,
Gravindex). Perhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan
adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina.
F. Komplikasi
Komplikasi
serius terjadi pada abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walau dijumpai juga pada abortus spontan.
Komplikasinya berupa :
1. Perdarahan
2. Perforasi
uterus
3. Infeksi
4. Syok
perdarahan (hemoragik) dan syok infeksi berat (endoseptik)
G. Penatalaksanaan
Tahap-tahap
penatalaksanaan :
1. Riwayat
penyakit dahulu :
v Kapan
abortus terjadi, apakah pada TM I atau TM berikutnya, adakah penyebab mekanis
yang menonjol
v Mencari
kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
v Infeksi
ginekologi dan obstetric
v Gambaran
asosiasi terjadinya ‘antiphospolipid syndrome’ (thrombosis, fenomena autoimun,
false positive test untuk sifilis)
v Faktor
genetika suami-istri
v Riwayat
keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindrom yang
berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus yang kemudian
meninggal
v Pemeriksaan
diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat
2. Pemeriksaan
fisik
v Pemeriksaan
fisik secara umum
v Pemeriksaan
ginekologi
v Pemeriksaan
laboraturium :
-
Kariotik darah tepi kedua orang tua
-
Histerosangografi diikuti dengan
histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
-
Biopsi endometrium pada fase luteal
-
Pemeriksaan hormone TSH dan antibodi
anti tiroid
-
Antibodi antifosfolipid (cardiolipin,
fosfatidilserin)
-
Lupus antikoagulan (apartial
thromboplastin time atau russel viper venom)
-
Pemeriksaan darah lengkap termasuk
trombosit
-
Kultur cairan serviks (mycoplasma,
ureaplasma, Chlamydia, bila diperlukan).
H. Pengobatan
Pemeriksaan
kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan membantu pemantauan kelangsungan
kehamilan sampai pemeriksaan USG dapat dikerjakan. USG setiap 2 minggu sampai
kehamilan tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung
janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotip jaringan
hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum
a-fetoprotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan
kariotip buah kehamilan dilakukan dengan amniosintesis air ketuban untuk
menilai abgus atau tidaknya kehamilan.
Bila
belum terjadi kehamilan, pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penelitian
yang ada, termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan
anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan
reaksi immunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan
perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga sangat membantu.
Bila
kehamilan berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif
dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom, anomaly ketuban, kelainan
endokrin, infeksi, faktor immunologi, anti fosfolipid sindrom, terapi
immunoglobulin atau imunomodulator diberikan secara berurutan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun & Feryanto, Achmad. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika.
Sujiyatini, Mufdillah & Hidayat,
Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha
Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar