Selasa, 05 November 2013

ABORTUS (ABORSI)


ABORTUS (ABORSI)

A. Pengertian
            Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus (dalam bahasa latin) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.

B. Klasifikasi
            Berdasarkan kejadiannya, abortus dibagi menjadi :
1.      Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.
2.      Abortus buatan (abortus provokatus/ sengaja digugurkan), dibagi menjadi :
a.       Abortus buatan indikasi medis (abortus provocatus artifisialis atau theraupeticus) adalah upaya menggugurkan hasil konsepsi atas indikasi menyelamatkan jiwa ibu, mis : penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli dokter kebidanan, penyakit dalam, dan psikiatri atau psikolog.
b.      Abortus buatan criminal (abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

Berdasarkan gambaran klinis, abortus dibagi menjadi :
1.      Abortus iminens (threatened)
Abortus ini mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Hal ini ditandai dengan perdarahan yang sedikit sampai beberapa hari atau berulang disertai dengan rasa mules ringan.
            Pada pemeriksaan vagina tidak adanya pembukaan serviks. Sementara pemeriksaaan USG ada ukuran kantong amnion normal, jantung janin masih berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin utuh.
2.      Abortus insipiens (inevitable)
Abortus ini tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan ada pembukaan serviks disertai nyeri perut bagian bawah atau kolik uterus yang hebat. Pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak dan keluar gumpalan darah.
Pada pemeriksaan vagina dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil USG terlihat jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah.
3.      Abortus inkompletus (incomplete)
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal dalam rahim biasanya jaringan plasenta. Perdarahan terus berlangsung, banyak karena uterus berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri.
Pada pemeriksaan vagina, serviks membuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri eksterna. Pada USG didapati endometrium tipis dan irregular.

4.      Abortus kompletus (complete)
Semua hasil konsepsi sudah keluar dengan lengkap, ostium tertutup, uterus sudah mengecil, dan kavum uteri kosong. Perdarahan sedikit dan tidak ada lagi gejala kehamilan. uji kehamilan (-).
5.      Abortus tertunda (missed)
Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tidak dikeluarkan dan tertanam selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih). Saat terjadi kematian janin kadang disertai perdarahan sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbs air ketuban dan maserasi janin.

6.      Abortus berulang (habitual)
Abortus yang terjadi berulang dan berturut-turut tiga kali tau lebih. Umumnya penderita menjadi sukar hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

C. Etiologi
1.      Hal yang dapat menyebabkan abortus dibagi menjadi :
v  Infeksi akut virus, mis : cacar, rubella, hepatitis, infeksi bakteri (streptokokus), parasit (malaria).
v  Infeksi kronis sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. TB paru aktif, pneumonia, keracunan (keracunan tembaga, timah, air raksa).
2.      Penyakit kronis, mis : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis (syok, ketakutan), trauma fisik.
3.      Penyebab yang bersifat local :
v  Fibroid, inkompetensia serviks
v  Radang pelvis kronis, endometritis
v  Retroversi kronis
v  Hub. Seksual yg berlebihan sewaktu hamil menyebabkan hyperemia
v  Kelainan alat kandungan
v  Gangguan kelenjar gondok
v  Penyebab segi janin (plasenta)
v  Kematian janin akibat kelainan bawaan
v  Kelainan kromosom
v  Lingkungan yang kurang sempurna

Faktor-faktor penyebab abortus spontan :
85% abortus spontan di TM I cenderung disebabkan faktor fetal, sedangkan TM II cenderung disebabkan faktor maternal.
a. Faktor fetal
            Sekitar 2/3 abortus spontan pada TM I merupakan anomali kromosom dengan ½ jumlah tersebut adalah autosom dan sebagian lagi merupakan triploidi, tetraploidi atau monosomi 45X.
b. Faktor maternal
1.      Faktor-faktor endokrin
 Penyakit gangguan endokrin terlibat dalam abortus spontan berulang seperti DM tak terkontrol, hipo dan hipertiroid, hipersekresi luteinezing hormone, insufiensi korpus luteum atau disfungsi fase luteal, penyakit polikistik ovarium, hiperandrogenemia dan hiperprolaktinemia.
2.      Faktor-faktor anatomi
Anomali uterus mis : malformasi congenital, defek uterus, leiomyoma, dan inkompetensia serviks.
3.      Faktor-faktor immunologi
 Respon imun yang berlebihan dapat dipicu oleh faktor endogen dan eksogen, termasuk pembentukan antibodi antiparental, gangguan autoimun yang mengarah pembentukan antibodi autoimun.
4.      Trombofilia
 Merupakan keadaan hiperkoagulasi terhadap trombolitik dimana kehamilan akan mengawali keadaan hiperkoagulan dan melibatkan keseimbangan antara jalur prekoagulan dan antikoagulan.
5.      Infeksi
Mis : infeksi sifilis, parvovirus B19, HIV dan malaria.
6.      Faktor-faktor eksogen
Bahan-bahan kimia : gas anestesi, air yang tercemar, dioxin, dan pestisida.
7.      Gaya hidup seperti merokok dan alkoholisme
8.      Radiasi
 Radiasi ionisasi menyebabkan gangguan hasil reproduksi, termasuk malformasi congenital, restriksi pertumbuhan intrauterine dan kematian embrio.

D. Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

E. Diagnosis
            Seorang wanita hamil didiagnosa abortus apabila mengeluh tentang perdarahan pervaginam dan terdapat rasa mules. Hal ini diperkuat dengan pemeriksaan bimanual dan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi (Pregnosticon, Gravindex). Perhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina.

F. Komplikasi
            Komplikasi serius terjadi pada abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walau dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasinya berupa :
1.      Perdarahan
2.      Perforasi uterus
3.      Infeksi
4.      Syok perdarahan (hemoragik) dan syok infeksi berat (endoseptik)

G. Penatalaksanaan
            Tahap-tahap penatalaksanaan :
1.      Riwayat penyakit dahulu :
v  Kapan abortus terjadi, apakah pada TM I atau TM berikutnya, adakah penyebab mekanis yang menonjol
v  Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
v  Infeksi ginekologi dan obstetric
v  Gambaran asosiasi terjadinya ‘antiphospolipid syndrome’ (thrombosis, fenomena autoimun, false positive test untuk sifilis)
v  Faktor genetika suami-istri
v  Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindrom yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus yang kemudian meninggal
v  Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat
2.      Pemeriksaan fisik
v  Pemeriksaan fisik secara umum
v  Pemeriksaan ginekologi
v  Pemeriksaan laboraturium :
-          Kariotik darah tepi kedua orang tua
-          Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
-          Biopsi endometrium pada fase luteal
-          Pemeriksaan hormone TSH dan antibodi anti tiroid
-          Antibodi antifosfolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
-          Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
-          Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
-          Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, Chlamydia, bila diperlukan).

H. Pengobatan
            Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemeriksaan USG dapat dikerjakan. USG setiap 2 minggu sampai kehamilan tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum a-fetoprotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip buah kehamilan dilakukan dengan amniosintesis air ketuban untuk menilai abgus atau tidaknya kehamilan.
            Bila belum terjadi kehamilan, pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penelitian yang ada, termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi immunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga sangat membantu.
            Bila kehamilan berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom, anomaly ketuban, kelainan endokrin, infeksi, faktor immunologi, anti fosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator diberikan secara berurutan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlun & Feryanto, Achmad. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Sujiyatini, Mufdillah & Hidayat, Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar